Open Journal Systems

HERMENEUTIKA NASHR HAMID ABU ZAYD: Analisis Hadis-Hadis Perceraian

Taufik Kurahman

Abstract

Perceraian tentu tidak diharapkan oleh keluarga mana pun, kecuali jika memang keadaan telah mendesak. Bahkan, Nabi menjelaskan bahwa meskipun perceraian adalah perkara yang diperbolehkan, namun ia merupakan masalah yang paling dibenci Tuhan. Dua persoalan yang selalu dibahas adalah tentang hak mengajukan perceraian dan konsep talak tiga, yang hingga kini dirasa lebih menguntungkan pihak suami. Artikel ini bertujuan mengkaji kembali beragam hal pokok dalam masalah perceraian yang berkaitan dengan tatanan masyarakat modern. Beberapa masalah yang dimaksud adalah hak menginisiasi perceraian, maksud talak tiga, dan rujuk. Hermeneutika Nashr Hamid Abu Zayd digunakan sebagai pisau bedahnya. Penggunaan hermeneutika Abu Zayd dalam masalah perceraian dianggap sesuai karena hermeneutikanya dikembangkan untuk menjawab kesenjangan-kesenjangan sosial dan HAM, khususnya hal-hal yang berkaitan antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana yang dicontohkannya dalam masalah poligami dan hak waris. Dengan menggunakan teori lima konteks hermeneutika Abu Zayd, yaitu konteks sosio-kultural, konteks eksternal, konteks internal, konteks bahasa, dan konteks takwil, penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa Islam tidak menghendaki perceraian. Bahkan, dalam bahasa yang lebih ekstrim, dapat dikatakan bahwa perceraian dilarang dalam agama Islam. Nas-nas Islami menunjukkan bagaimana perceraian menjadi pilihan terakhir bagi hubungan suami-istri.

[

Nashr Hamid Abu Zayd’s Hermeneutics: Analysis Hadiths of Divorce. It is not expected by any family, unless the circumstances have been urgent. The Prophet explained that although divorce is a permissible issue, it is a decision that God hates the most. Two issue that are always discussed by scholar in this issue are the right to file for divorce and the concept of “talak tiga” (the third divorcing), which is considered favor husbands over wifes. The article was written to reexamine various main divorce issues in modern views. Some of the probles are the right to file for divorce, the purpose of talak tiga, and the reconciliation. For these purposes, the author uses Nashr Hamid Abu Zayd’s hermeneutics as a approach. The use of Abu Zayd’s hermeneutics is divorce issues is approriate, because his hermeneutics were developed to address the social and human right gaps, especially issues relating to men and women, as he exemplified in the problem of polygamy and inhertance rights. By using Abu Zayd’s theory of five hermeneutical contexts, namely the socio-cultural context, external context, internal context, language context, and takwil context, the research resulted in the conclusion that Islam does not want the divorce happen. Even, it can be said that divorce is prohibitted in Islam. Islamic texts show how divorce is the last option for a marriage relationship.]

Keywords


Abu Zayd; Divorce; Hermeneutics; Human rights.

References


Abu Daud, S. bin al-Asy’ats. (2010). Sunan Abi Daud. Riyadh: Dar al-Hadharah li al-Nasyr wa al-Tauzi’.

Abu Zayd, N. H. (1995). Al-Nash, al-Sulthah, al-Haqiqah. Beirut: al-Markaz al-Tsaqafi al-’Arabi.

Abu Zayd, N. H. (2004). Dawa’ir al-Khauf: Qira’ah fi Khitab al-Mar’ah. Beirut: Markaz al-Tsaqafi al-’Arabi.

Ahmad bin Hanbal, A. ’Abdullah. (1995). Musnad Ahmad bin Hanbal. Kairo: Dar al-Hadits.

Ahmad, N. (2015). Kajian Hermeneutika al-Qur’an Kontemporer: Telaah Kritis Terhadap Model Hermeneutika Nasr Hamid Abu Zaid. Hermeneutik, IX(1), 115–138.

Alfian, M. (2018). Hermeneutika Nasr Hamid Abu Zayd. Jurnal Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 18(1), 25-38.

Ali, A. (2007). Pembebasan Perempuan (A. Nuryatno, Trans.). Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara.

Arifin, M. S. (2016). Konsep Muntaj Tsaqafi dalam Studi al-Qur’an Nashr Hamid Abu Zayd. Studia Quranika : Jurnal Studi Quran, 1(1). https://doi.org/10.21111/studiquran.v1i1.736

Bukhārī, M. ibn ’I. al-. (2002). Shahīh al-Bukhārī. Beirut: Dar Ibn Katsir.

Chodir, F. (2019). Tafsir Hermeneutika Nasr Hamid Abu Zayd. SCHOLASTICA: Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 1(1), 200-212.

Daruquthni, ’A. ibn ’U. al-. (2004). Sunan al-Daruquthni. Beirut: Muassasah Risalah.

Fauzan. A. (2015). Teks al-Qur’an dalam Pandangan Nashr Hamid Abu Zayd. Kalimah: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, 13(1), 71-92. http://dx.doi.org/10.21111/klm.v13i1.279

Hamdani, F. (2015). Nasr Hamid Abu Zayd dan Teori Interpretasinya. Aqidah-Ta, 1(1), 1–12.

Halimah, S. (2016). Penerapan Hermeneutika dalam Kajian Islam Nasr Hamid Abu Zayd. Al-Makrifat: Jurnal Kajian Islam, 1(1), 52-63.

Imron, A. (2010). Hermeneutika al-Qur’an Nasr Hamid Abu Zayd. In Hermeneutika al-Qur’an dan Hadis. Yogyakarta: eLAQ Press.

Mahmudah, N. (2012). Sunnah dalam Nalar Islam Kontemporer Nasr Hamid Abu Zayd. ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman, 6(2), 285–299. https://doi.org/10.15642/islamica.2012.6.2.285-299

Mardhatillah, M. (2015). Semangat Egalitarian Al-Qur’an dalam Otoritas Menginisiasi dan Prosedur Perceraian. ESENSIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 16(1), 1–14. https://doi.org/10.14421/esensia.v16i1.983

Nabil. (2020). Hermeneutik Nasr Abu Zayd dalam Memahami Al-Quran (Studi kitab Mafhūm al-Nash Dirāsat fi ‘Ulūm al-Qur’ān). Al Marhalah: Jurnal Pendidikan Islam, 4(2), 89-96.

Nuryansah, M. (2016). Aplikasi Hermeneutika Nashr Hāmid Abū Zaid Terhadap Hadis Nabi (Studi Pada Hadis “Perintah Memerangi Manusia Sampai mereka Mengucapkan tiada tuhan selain Allah”). Millati: Journal of Islamic Studies and Humanities, 1(2), 259–278.

Reflita. (2016). Kontroversi Hermeneutika Sebagai Manhaj Tafsir: Menimbang Penggunaan Hermeneutika dalam Penafsiran Al-Qur’an. Jurnal Ushuluddin, 24(2), 135–149.

Rohmah, L. (2017). Hermeneutika Al-Qur’an: Studi Atas Metode Penafsiran Nasr Hamid Abu Zaid (between Meaning and Significance) (literary Hermeneutics). Hikmah Journal of Islamic Studies, 12(2), 223–244.

Rusydi, M. (2015). Pembacaan Teks Nashr Hamid Abu Zaid atas Relasi Laki-laki dan Perempuan. Jurnal Studi Gender Dan Anak, 3(2), 145–155.

Subchi, I. (2019). Nasr Hamid Abu Zayd dan Gagasan Hermeneutika dalam Tafsir Al-Qur’an. MIMBAR Agama Budaya, 36(2), 145-157.

Supriatna, Amilia, F., & Baidi, Y. (2008). Fiqh Munakahat II: Dilengkapi dengan UU No. 1/1974 dan Kompilasi Hukum Islam. Yogyakarta: Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga.

Suryadilaga, M. A. (2017). Metodologi Syarah Hadis: Dari Klasik Hingga Kontemporer. Yogyakarta: Kalimedia.

Syamsuddin, S. (2009). Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press.

Tihami & Syahrani. (2009). Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkahal.Depok: PT RajaGrafindo Persada.

Ulummudin. (2020). Memahami Hadis-hadis Keutamaan Menghafal al-Qur’an dan Kaitannya dengan Program Hafiz Indonesia di RCTI (Aplikasi Hermeneutika Nasr Hamid Abu Zaid). AL QUDS : Jurnal Studi Alquran dan Hadis, 4(1), 57-76. http://dx.doi.org/10.29240/alquds.v4i1.1103

Verdianto, Y. (2020). Hermeneutika Alkitab dalam Sejarah: Prinsip Penafsiran Alkitab dari Masa ke Masa. Mitra Sriwijaya, 1(1), 45–57.

Zayyadi, A. (2017). Pendekatan Hermeneutika Al-Qur’an Kontemporer Nashr Hamid Abu Zaid (Aplikasi terhadap Gender dan Woman Studies dalam Studi Hukum Islam). Maghza, 2(1), 1-22.


Full Text: PDF

DOI: 10.21043/riwayah.v7i1.8520

How To Cite This :

Refbacks

  • There are currently no refbacks.