Open Journal Systems

KLARIFIKASI DISTINGSI ANTARA AUTENTISITAS DAN OTORITAS HADIS: Studi Komparatif Perspektif Muslim dan Barat

Muh Amiruddin

Abstract

Autentisitas dan Otoritas hadis telah menjadi kajian yang sangat krusial di hampir semua kajian hadis. Tapi, ketika istilah autentisitas dan otoritas digunakan dalam pembahasan kajian, banyak yang mengalami kesimpangsiuran dan ketidakpastian makna sehingga mampu memicu kesalahpahaman dalam memaknai alur kajian. Dengan menggunakan metode komparatif deskriptif, artikel ini bertujuan untuk memperjelas secara spesifik distingsi antara kedua istilah tersebut dengan perspektif kajian di kalangan ulama Muslim dan pakar Barat. Hasilnya, autentisitas hadis merujuk pada kesahihan suatu hadis. hadis yang autentik berarti hadis yang bisa dipertanggungjawabkan keabsahannya untuk bisa diatribusikan kepada pemilik redaksi yang menjadi sumber hadis awal. Ini memberikan pemahaman bahwa autentisitas hadis menjadi salah satu prinsip utama dalam melakukan penelusuran berita kepada sumbernya yang pertama kali. Berbeda dengan otoritas hadis yang menitik beratkan pada pengimplementasian hadis terhadap pengamalan yang menjadi tujuan akhir suatu hadis dipelajari, yakni untuk diamalkan. Hadis yang bisa diimplementasikan untuk dipraktekkan sebagai sumber ajaran Islam menunjukkan hadis tersebut memiliki otoritas untuk digunakan sebagai dalil atau hujjah untuk digunakan dalam pengamalan.


[Clarification of Distinction between Authenticity and Authority of Hadith: Comparative Study of Muslim and Western Perspectives. The authenticity and authority of hadith have become very crucial studies in almost all hadith studies. But, when the terms of authenticity and authority are used in the study discussion, It almost experiences confusion and uncertainty in meaning so that they can trigger misunderstanding in the understanding of the study plot. This article aims to clarify specifically the distinction between the two terms from the perspective of studies among Muslim scholars and Western experts. As a result, the authenticity of hadith refers to the validity of hadith. Authentic traditions mean traditions that can be held accountable for their validity to be attributed to the owner of the early narrator who was the source of the initial hadith. This gives an understanding that the authenticity of the hadith is one of the main principles in tracing the information to its first source. In contrast to the authority of the hadith which emphasizes the implementation of the traditions of the practice which is the ultimate goal of hadith studies, to be practiced. Hadith that can be implemented to be practiced as a source of Islamic teachings shows that the hadith has the authority to be used as a proposition or hujja to be used in practice.]

Keywords


Authenticity; Hadith; Authority; West

References


Abbott, N. (1967). Studies in Arabic Literary Papyri I: Historical Text. Chicago: The University of Chicago Press.

Abdurrahman. (2004). Autentisitas dan Otoritas Hadis dalam Tradisi Sunni dan Syiah. JURNAL TARJIH, 7, 15–31.

Ahmadi, R. (2019). Kontestasi atas Otoritas Teks Suci Islam di Era Disrupsi: Bagaimana Kelas Menengah Muslim Indonesia Memperlakukan Hadis melalui Media Baru. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat, 15(1), 22–35.

Ahmadi, R., & Hefni, W. (2020). Polemik Otoritas Hadis: Kontribusi Aisha Y. Musa dalam Peneguhan Hadis Sebagai Kitab Suci. Mutawatir : Jurnal Keilmuan Tafsir Hadith, 10(1), 27–47.

Alamsyah. (2015). Dinamika Otoritas Sunnah Nabi sebagai Sumber Hukum Islam. AL-‘ADALAH, 12(3), 479–492.

Amaliya, N. K. (2015). Otoritas dan Kriteria Sunnah sebagai Sumber Ajaran Islam. Al-Adabiya, 10(1), 25–41.

Amin, K. (2009). Menguji Kembali Keakuratan Metode Kritik hadis. Jakarta: Penerbit Hikmah.

Azami, M. M. (1978). Studies in Early hadith Literature. Indianapolis: American Trust Publications.

Doi, ‘Abd Rahman I. (1991). Hadith. Kuala Lumpur: A.S. NOORDEN.

Fadli, A. H. (2002). Introduction to Hadith. London: Islamic College for Advance Studies Press (ICAS).

Fueck, J. W. (2004). The Role of Traditionalism in Islam. In H. Motzki (Ed.), Hadith. Great Britain.

Goldziher, I. (1971). Muslim Studies (Vol. 2). Chicago: State University of New York Press.

Guillaume, A. (n.d.). The Traditions of Islam- An Introduction of the Study of the Hadith Literature.

Helmy, M. I. (2014). Kritik otoritas pemaknaan hadis menuju masyarakat Islam berkemajuan. Ijtihad, Jurnal Wacana Hukum Islam dan Kemanusiaan, 14(2), 285–297.

Horovitz, J. (2004a). Further on the Origin of the Isnad. In H. Motzki (Ed.), Hadith. Great Britain.

Horovitz, J. (2004b). The Antiquity and Origin of the Isnad. In H. Motzki (Ed.), Hadith. Great Britain.

Hurgronje, C. S. (1937). Mohammedanism; Lectures on Its Origin, Its Religious and Political Growth, and Its Present State. Diambil 10 September 2017, dari New York website: http://answering-islam.org/Books/Hurgronje/hurgronje1.htm

Ibn al-Shalah, A. ‘Amr ‘Uthman ibn ‘Abdurrahman. (1979). Ulum al-Hadis. Madinah: al-Maktabah al-‘ilmiyyah.

Iraqi, A.-H. Z. al-D. ‘Abd al-R. ibn al-H. (1970). al-Taqyid wa al-Idhah Sharh Muqaddimah Ibn al-Shalah. Beirut: Dar al-Fikr.

Ismail, M. Syuhudi. (1995). Hadits Nabi menurut Pembela, Pengingkar, dan Pemalsunya. Jakarta: Gema insani Press.

Ismail, Muhammad Syuhudi. (1995). Kaedah Kesahihan Sanad Hadis-Telaah Kritis Dan Tinjauan Dengan Pendekatan Ilmu Sejarah. Jakarta: Bulan Bintang.

Juynboll, G. H. A. (1999). Kontroversi Hadis di Mesir (I. Hasan, Penerj.). Bandung: Mizan.

Khaeruman, B. (2004). Otentisitas Hadis; Studi Kritis atas Kajian Hadis Kontemporer. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Khatib, M. ‘Ajjaj. (2009). al-Sunna Qabla al-Tadwin. Beirut: Dar al-Fikr.

Lahim, I. ibn ‘Abd A. ibn ‘Abd al-R. (n.d.). Syarh Ikhtisar ‘Ulum al-Hadith. Mauqi’ Jami‘ Shaikh al-Islam Ibn Taimiyya.

Lammens, H. (1979). Islam Beliefs and Institutions (D. Ross, Penerj.). India.

Margoliouth, D. S. (1912). On Moslem Traditon. The Moslem World.

Musa, A. Y. (2008). Hadith as Scripture: Discussions on the Authority of Prophetic Traditions in Islam. New York: Palgrave Macmillan.

Rahmanto, M. (2014). Otoritas Hadis Daif dan Problem Epistemologis Hadis di Muhammadiyah. Jurnal TARJIH, 12(1), 51–62.

Schacht, J. (1950). The Origins of Muhammadan Jurisprudence. Oxford: Clarendon Press.

Siba‘i, M. (1991). Sunnah dan Peranannya dalam Penetapan Hukum Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Sumbullah, U. (2008). Kritik Hadis; Pendekatan Historis Metodologis. Malang: UIN-Malang Press.

Suparta, M. (2008). Ilmu Hadis. Jakarta: Raja Grafindo.

Tahhan, M. (n.d.). Taisir Musthalah al-Hadis. Beirut: Dar al-Fikr.

Ulama’i, A. H. A. (2006). Melacak Hadis Nabi SAW; Cara Cepat Mencari Hadis dari Manual hingga Digital. Semarang: RaSAIL.

Usmani, M. T. (1998). The Authority of Sunnah. New Delhi: Kitab Bhavan.

Wensinck, A. J. (1921). The Importance of the Tradition for the Study of Islam . The Muslim World.

Yakub, A. M. (n.d.). Belajar Islam di Timur Tengah. Jakarta: Ministry of Religion Affairs.

Yakub, A. M. (2004). Kritik Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Zuhri, M. (2004). Autentisitas dan Otoritas Hadis dalam Keilmuan Ulama Muslim dan Barat. JURNAL TARJIH, 7, 1–14.


Full Text: PDF

DOI: 10.21043/riwayah.v6i2.7946

How To Cite This :

Refbacks

  • There are currently no refbacks.