Open Journal Systems
TASHWIR IN THE CONTEXT OF HADITH AND ITS RELEVANCE TO THE PRESENT
Abstract
The opinions of the scholars regarding the understanding of hadiths regarding tashwir are very diverse. Meanwhile, the tashwir concept is currently being widely implemented in people’s lives. Therefore, a more in-depth study is needed to understand these tashwir hadiths. The purpose of this study is to describe the tashwir hadith and analyze the hadith with its relevance to the present context. This research method uses a qualitative descriptive study approach based on primary and secondary sources. The research results show that tashawwur activities in several hadiths are not permitted. However, the main reason for this prohibition is that it is vulnerable to polytheism, whether in the form of worshiping idols or competing with Allah as the creator. If studied in the current context, the prohibition of tashwir is inappropriate because it has a different purpose when narrated. Tashawwur in the modern er, needs to refer to the benefit dimension as a basis for consideration in current implementation. Currently, tashwir functions as art, decoration, a medium for preaching, and even a place for some people to work to fulfill their needs. Therefore, rejecting tashwir in Islam depends on its function and purpose. The implications of this research are expected to provide a new paradigm regarding the practice of tashawwur in today’s modern life, which is very diverse and has differences from the past.
[Pendapat para ulama terhadap pemahaman hadis-hadis tentang tashwir sangat beragam. Sedangkan konsep tashwir pada masa kini sedang marak diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan telaah yang lebih mendalam untuk memahami hadis-hadis tashwir tersebut. Tujuan penelitian ini menguraikan hadis-hadis tashwir dan menganalisis hadis tersebut dengan relevansinya pada konteks masa kini. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi literatur berdasarkan sumber primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan tashawwur dalam beberapa hadis tidak diperbolehkan. Namun, larangan tersebut memiliki alasan utama yaitu rentan terhadap kemusyrikan, baik berupa menyembah berhala atau menandingi Allah sebagai pencipta. Jika dikaji dalam konteks saat ini maka pelarangan tashwir ini kurang tepat karena memiliki tujuan yang berbeda pada saat diriwayatkannya. Tashawwur di era modern perlu merujuk pada dimensi kemaslahatan sebagai dasar pertimbangan dalam implementasi masa kini. Saat ini tashwir berfungsi sebagai seni, hiasan, media dakwah, bahkan sebagai wadah pekerjaan sebagian orang untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, untuk menolak tashwir dalam Islam tergantung pada fungsi dan tujuannya. Implikasi penelitian ini diharapkan mampu memberikan paradigma baru tentang praktik tashawwur pada kehidupan modern saat ini yang sangat beragam dan memiliki perbedaan di masa lampau.]
Keywords
References
Abd al-Hamid. A. M. (n.d.). Mu’jam al-Lugah al-‘Arabiyah al-Ma’asirah (Juz 3). Alim al-Kitab.
Amrulloh. (2017). Kontribusi M. Syuhudi Ismail dalam Kontekstualisasi Pemahaman Hadis. Mutawatir: Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis, 7(1), 76–104.
Arabiyah, M. L. al-. (1972). Al-Mu’jam Al Wasith (vol. 1). Daar el-Ma’arif.
Arifuddin, A. (2013). Metodologi Pemahaman Hadis, Kajian Ilmu Ma’ani al-Hadis. Alauddin University Press.
Auda, J. (2008). Maqashid Al-Syariah: An Introduction Guide. International Institute of Islamic Thought.
Bakar, M. A., Khilmy, A., Rahim, A., & Ismail, C. Z. (2021). The Application Of Maslahah In Islamic Finance And Banking Products & Fatwa Resolutions In Malaysia. Journal of Contemporary Issues in Business and Government, 27(1), 2021. https://cibg.org.au/2793
Bakistani, Z. bin G. Q. al-. (2002). Min Usul al-Fiqh ala Manhaj Ahl al-Hadis. Dar al-Kharaz.
Barzegar, A. (2019). The Living Fiqh or Practical Theology of Muslim Humanitarianism. Brill Ghani.
Fauzan, S. bin F. al-. (n.d.). Mukhtasar Tashil al-Aqidah al-Islamiyah (vol. 1). Dar Ibn al-Jauzi.
Habib, S. A. (1987). al-Qamus al-Faqhi Lugah wa Istilahan (vol. I). Dar al-Fikr.
Hilmi, A. (2018). Tashwir : Seni Rupa Dalam Pandangan Islam. Rumah Fiqih Publishing.
Husaini, I. I. H. al-. (n.d.). al-Bayan wa al-Ta’rif fi Asbab al-Wurud al-Hadis al_Syarif (vol. II). Dar al-Kutub al-‘Arabi.
Ibn ‘Abd-Razzaq, M. (n.d.). Taj al-Urus min Jawahir al-Qamus (vol. XII). Dar al-Hidayah.
Ibn Mandhur. (1993). Lisan al-‘Arab. Dar Sadir.
Isa, A. M. (1981). Muslim dan Tashwir, Dalam Seni Di Dalam Peradaban Islam. Penerbit Pustaka.
Isman, A. F. (2022). Maqashid Syariah Dalam Kajian Zakat dan SDGs di Indonesia. Lembaga Kajian Dialektika.
Isman, A. F., & Amalia, E. (2023). Relevance of Maqasid Al-Shari ’ ah for Achievement Sustainable Development Goals ( SDGs ) on Zakat Institutions in Indonesia. Proceedings of the 3rd International Conference of Islamic Finance and Business, 1–18. https://doi.org/10.4108/eai.19-7-2022.2328266
Khair, I. (1999). Al-Qur’an dan Kaligrafi Arab. PT. Logos Wacana Ilmu.
Lakhami, A. al-H. ’Ali ibn M. al-R. (2011). Al-Tabsirah. Wizarah al-Auqaf wa al-Shu’un al-Islamiyyah.
Maliki, M. ibn M. I. ’Urfah al-W. al-T. (2014). Al-Mukhtasar al-Fiqh. Muassasah Khalaf Ahmad al-Khubtur li A’mal al-Khairiyyah.
Munawwar, S. A. H., & Mustaqim, A. (2001). Asbabul Wurud; Studi Kritis Hadis Nabi Pendekatan Sosio-Historis-Kontekstual. Pustaka Pelajar.
Nazdi, F. bin ‘Abd al-‘Aziz. (2002). Tatriz Riyadh al-Shalihin (vol. 1). Dar al-‘Asimah li al-Nasr al-Tauzi.’
Qashthallani, A. al-‘Abbas A. bin M. bin A. B. (1914). Irsyad al-Syari’ li Syarh Sahih al-Bukhari (vol. VIII). Mathaba’ah al-Kabri al-Amriyah.
Ramadhan, T. (2008). Radical Reform: Islamic Ethics and Liberation. Oxford University Press.
Rifai, A. (2021). Seni Dalam Persfektif Hadist (kajian Ma`ani Persfektif Muhammadiyah). Ayani: Jurnal Studi Islam, 1(2), 129–142.
Sabri, M. (2016). Taswir dalam Perspektif Hadis Nabi Saw (Kajian Tematik). UIN Alauddin Makassar.
Utsaimin, M. bin S. M. al-. (1426). Syarh Riyadh al-Salihin (vol. VI). Dar al-Watan.
Yamani, M. bin A. bin M. al-S. (1993). Nail al-Authar (vol. II). Dar al-Hadis.
Yubi, M. S. bin A. bin M. (1998). Maqashidu al-Syariah al-Islamiyah wa ‘Alaqatuha bi al-Adillati al-Syariyyah. Daar al-Hijrah.
Zahrah, M. A. (1958). Ushul al-Fiqh. Dar al-Fikr.
DOI: 10.21043/riwayah.v10i1.20752
How To Cite This :
Refbacks
- There are currently no refbacks.