Open Journal Systems

REINTERPRETATION OF THE MEANING OF THE HADITH ON PROHIBITION FOR WOMEN TO TRAVEL WITHOUT A MAHRAM: The Ma’na-cum-Maghza Approach

Achmad Fuaddin, Muhammad Imam Mutaqin

Abstract

One of the interesting objects of study to be researched in the current era is related to gender issues. One of the interesting gender issues is related to the hadith which prohibits a woman from traveling except with her mahram or husband. The scholars in responding to this hadith tend to establish strict laws, namely, it is forbidden for women to travel alone. This is interesting to study because now many women are traveling alone due to many reasons, such as economic and educational problems. Therefore, the authors are interested in researching and reinterpreting the meaning of the prohibition of traveling for women except with their husbands or mahrams using the ma’na-cum-maghza approach. This aims to determine the historical significance of hadith and its significance today. The results of this study indicate that women are prohibited from traveling alone without being accompanied by a mahram or husband due to safety factors that were not guaranteed at the time of the Prophet. As for traveling today, if it is safe to travel alone, it is permissible for a woman to travel alone. However, if the current situation is dangerous on the road or at the destination and a woman can’t travel alone, then there must be someone who can look after her.

[Salah satu obyek kajian yang menarik untuk diteliti di era sekarang adalah terkait isu-isu gender. Salah satu isu gender yang menarik adalah terkait hadis yang melarang seorang wanita melakukan safar (bepergian) kecuali bersama mahram atau suami. Para ulama dalam menyikapi hadis tersebut cenderung menetapkan hukum ketat, yaitu dilarang bagi perempuan melakukan bepergian sendirian. Hal ini menarik untuk dikaji dikarenakan pada kenyataanya sekarang banyak wanita yang melakukan safar sendirian dikarenakan banyak alasan, seperti masalah ekonomi dan pendidikan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti dan mereinterpretasi pemaknaan larangan safar bagi perempuan kecuali bersama suami atau mahram dengan menggunakan pendekatan ma’na-cum-maghza. Hal ini bertujuan untuk mengetahui signifikasi historisitas hadis di zaman sekarang. Hasil penelitian ini menunjukkan larangan perempuan untuk melakukan safar sendirian tanpa ditemani mahram atau suami dikarenakan faktor keamanan yang tidak menjamin pada zaman Nabi. Adapun bepergian pada zaman sekarang jika sudah terjamin keamanannya untuk melakukan safar secara sendirian, maka diperbolehkan seorang perempuan melakukan safar sendiri. Namun jika keadaan zaman sekarang terdapat bahaya di jalan maupun tempat tujuan dan tidak memungkinkan seorang perempuan untuk bepergian sendirian, maka harus ada seseorang yang bisa menjaganya.]

Keywords


mahram; ma’na-cum-maghza; reinterpretation

References


Ibn Muhammad, ‘A. (n.d.). Jawāhir al-Hisān fī Tafsīr al-Qur`an. Bairut: Mu’asisah al-A’lamī.

Ibn Khalaf, A. al-H. ‘A. (2003). Syarh Shahīh al-Bukhārī. Saudi: Maktabah al-Rasyd.

Muslim, Ibn al-H. A. al-H. (2015). Shahīh Muslim. Dār al-Hadhārah.

Abū Dāwud, S. ibn al-A. al-S. (n.d.). Sunan Abī Dāwud. Bairut: Dār al-Kitāb al-‘Arabī.

Nawawi, A. Z. Y. ibn S. al-. (1392). Al-Minhāj Syarh Shahīh Muslim. Bairūt: Dār Ihyā` al-Turāth al-‘Arabī.

Ibn ‘Abd al-Latīf. A. (2006). Al-Nafahāt ‘alā Syarh al-Waraqāt. Surabaya: al-Haramain.

Ibn Hanbal, A. (1999). Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal. Muassasah al-Risālah.

Ibn Hanbal, A. (n.d.). Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal. Mesir: Muassasah Qardubah.

Aziz, A., & Dinata, Y. M. (2021). Pelacakan Hadis Bepergian Wanita tanpa Mahram. Al Amin: Jurnal Kajian Ilmu Dan Budaya Islam, 4(1), 102–114.

Ibn Kathīr. (2015). Al-Bidāyah wa al-Nihāyah. Damaskus: Dār ibn Katsīr.

Mahmuddin, R., Syandri, S., Amirullah, M., & Syam, M. A. F. (2021). Hukum Safar bagi Wanita Tanpa Mahram Menurut Mazhab Syāfi’ī dan Hambalī. Bustanul Fuqaha: Jurnal Bidang Hukum Islam, 2(3), 445–456.

Abū al-Sa’ādāt, M. (1970). Jāmi’ al-Usūl fī Aḥādīth al-Rasūl. Maktabah al-Halwānī.

Miski, M. (2020). Nalar Hermeneutis Ulama Hadis: Larangan Perempuan Bepergian tanpa Mahram dalam Ruang Sejarah Pemahaman. DINIKA: Academic Journal of Islamic Studies, 5(1), 71–96.

Al-Hakim al-Naysaburi, M. bin ‘A. (1990). Al-Mustadrak ala al-Shahīhain. Beirūt: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah.

Bukhari, M. ibn I. ibn M. ibn B. (1987). Shahīh al-Bukhārī. Beirut: Dār ibn al-Kathīr.

San’ānī, M. ibn I. al-. (1960). Subul al-Salām. Madinah: Maktabah Mustafā al-Bābī al-Halabī.

Ibn Mukrim, M. (2014). Lisān al-‘Arab. Saudi: Wazārah al-Syu`ūd a-Islāmiyah wa al-Auqāf al-Da’wah wa al-Irsyād.

Utsaimin, M. ibn S. al-. (2002). Syarh Riyādh al-Shālihīn. Dār al-Salām.

Ridha, M. (2010). Sirah Nabawiyyah. Bandung: Irsyad Baitus Salam.

Lāshīn, M. S. (2003). Al-Manhal al-Hadits fi Sharh al-Hadits. Dāru al-Shurūq.

Shihab, Q. (2012). Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW Dalam Sorotan Al-Qur`an dan Hadits-Hadits Shahih. Tangerang: Lentera Hati.

Syamsuddin, S. (2017). Hermeneutika dan Pengembangan Ulumul Qur`an. Pesantren Nawesea Press.

Syamsuddin, S. (2020). Pendekatan Ma’nā-cum-Maghzā atas Al-Qur`an dan Hadis. Yogyakarta: AIAT dan Ladang Kata.

Sandra, A. (2022). Pandangan Wahbah Az-Zuhaily Terhadap Wanita Keluar Rumah Tanpa Mahram. Ar-Ra’yu: Jurnal Hukum Keluarga, 1(1), 1–20.

Rohmatun, T. N. (2021). Pendekatan Ma’na-cum-Maghzā Sahiron Syamsuddin dan Implikasinya atas Ayat-ayat tentang zihar. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Taqyuddin, A. al-F. M. ibn ‘A. (2005). Ihkām al-Ahkām Syarh ‘Umdah al-Ahkām. Muassasah al-Risālah.


Full Text: PDF

DOI: 10.21043/riwayah.v8i2.15763

How To Cite This :

Refbacks

  • There are currently no refbacks.