Open Journal Systems

HIBURAN DAN DAKWAH: SEBUAH ERA BARU DAKWAH ISLAMIYAH

Ropingi el Ishaq

Abstract

Abstrak

Hiburan dan dakwah seringkali dihadapkan secara berseberangan. Seolah hiburan bertentangan dengan dakwah islamiyah, dan sebaliknya dakwah islamiyah harus jauh denngan hiburan. Penghadapan hiburan dan dakwah memang berlasan, sebab seringkali hiburan tidak mengindahkan etika dan ajaran agama. Sebaliknya, penyampaian ajaran agaam tidak diperkenankan dilakukan secara comedian, dalam artian ajaran agama tidak diperkenankan dijadikan sebagai bahan guyonan (gurauan). Sebab penyampaian ajaran agama secara gurauan dikhawatirkan agama menjadikan ajaran agama sebagai bahan ejekan belaka. lalu bagaimana dakwah harus dilakukan terkait dengan dua pandangan yang ekstrim tersebut?

Makalah ini mencoba untuk mencermati dan membahas berbahai kecenderungan sosial yang ada, terkait dengan dakwah. Pembahasan dilakukan dengan berpijak pada substansi atau filosofi daakwah itu sendiri. Dengan demikian, pendekatan pembahasan dalam makalah ini lebih bersifat filosofis. Dalam artian, permasalahan dakwah dikaji dengan pendekatan filsafat, khususnya filsafat sosial. Dengan tujuan agar ditemukan pemahaman bahwa dakwah tidak dilakukan secara formal dan hitam putih, tetapi lebih bersifat fungsional, sehingga secara perlahan akan dapat mempengaruhi dan mengisi ruang ideologis kehidupan bermasayarakat yang menjadi obyek dakwah.

Dakwah dalam konteks sosial yang dipenuhi dengan perkembangan teknologi komunikasi tidak dapat dilakukan secara hitam putih. Teknologi komunikasi telah menjadi sarana berkomunikasi masyarkat secara efektif dan bahkan massif, sehingga siapapun tidak dapat mengelak dari perkembangan ini. Pada saat dakwah dilakukan secara fungsisonal, yakni bagaimana teknologi komunikasi yang telah merambah dalam berbagai dimensi sosial, maka nilai-nilai agama secara perlahan akan menjadi bagian dari kerangka berpikir masyarakat. Sebagaimana gerakan Pan Amerikana yang dilakukan oleh negara super power dengan memanfaatkan media sosial yang ada, di antaranya adalah media hiburan dalam hal ini film, secara ampuh telah menggiring opini dunia sebagaimana yang diinginkan. Islam jika didakwahkan secara fungsional, dengan memanfaatkan media massa yang ada, seni, budaya, termasuk film, akan dapat membangun ideology keislaman secara perlahan dan tanpa disadari. Islam tidak dianut secara formal saja, tetapi juga dipraktikkan dan menjadi bagian dari kerangka berpikir masyarakat secara umum. Itulah yang kita harapkan. Untuk itu, komedia, seni, film, dan sebagainya harus disadari sebagai sarana dan media dakwah yang efektif. Oleh karenanya, para pelaku dakwah (dai) seyogyanya memanfaatkan itu semua demi perkembangan dakwah islamiyah.

Kata kunci; hiburan, seni, media massa, dan dakwah,

Full Text: PDF (Bahasa Indonesia)

DOI: 10.21043/at-tabsyir.v2i1.467

How To Cite This :

Refbacks

  • There are currently no refbacks.