Perbedaan Penentuan Awal Bulan Kamariah dalam Penghitungan Masa Iddah Bagi Perempuan Perspektif Fikih
Abstract
Women who have just been separated from marriage, either by divorce or by the death of their husband, must go through the iddah period. One of the calculations for the iddah period is the number of months. However, sometimes there are differences in the calculation of the number of months so that it has implications for time uncertainty about whether or not the period ends iddah. This study aims to explain the differences in determining the beginning of the lunar month and its implications for calculating the iddah period for women, and iddah from a fiqh perspective. This study uses a literature study research method. The data source used is secondary data, while the data analysis uses qualitative descriptive. The results showed that the difference in determining the beginning of the lunar month was due to the different methods used among Muslims, namely ruqyah and reckoning. The implications for determining the beginning of the month affect the calculation of the iddah period for women, especially regarding rights and obligations. Iddah itself is nothing but a waiting period for a woman to know that the uterus or womb is clean from pregnancy or for purposes ta'abbudi.
Perempuan yang baru terlepas dari ikatan pernikahan baik secara perceraian maupun ditinggal wafat suaminya harus melalui masa iddah. Salah satu penghitungan masa iddah adalah dengan jumlah bilangan bulan. Namun demikian terkadang terdapat perbedaaan penghitungan bilangan bulan sehingga berimplikasi terhadap ketidakpastian waktu tentang berakhir tidaknya masa iddah. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perbedaan penentuan awal bulan Kamariah dan implikasinya terhadap pehitungan masa iddah bagi perempuan, dan iddah perspektif Fikih. Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kepustakaan. Sumber data yang digunakan berupa data sekunder, sedangkan analisis data menggunakan diskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya perbedaan dalam penentuan awal bulan Kamariah dikarenakan metode yang digunakan dikalangan umat Islam masing-masing berbeda yakni rukyah dan hisab. Implikasi terhadap penentuan awal bulan tersebut berpengaruh terhadap penghitungan masa iddah bagi perempuan terutama terkait hak dan kewajiban. Iddah sendiri tidak lain merupakan masa tunggu bagi seorang perempuan untuk mengetahui bersihnya rahmi atau rahim dari kehamilan atau untuk tujuan ta’abbudi.
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Buku-buku
Al-Dzahabiy. (1968). al-Syarî’ah al-Islâmiyyah: Dirâsah Muqaranah baina Ahli al-Sunnah wa Madzhab a-Ja’fariyyah. Mesir: Dar al-Kutub al-Hadtsah.
Al-Hajjaj, A. H. M. bin. (n.d.). Al-Jami’ as-Shahih Muslim (Jilid 3). Beirut: Dar al-Fikr.
Al-Hishni, A. B. (n.d.). Kifayah al-Akhyar fi Hall Ghayah al-Ikhtishar. Beirut: Dar al-Fikr.
Al-Jaziri, A. R. (2003). Kitab al-Fiqhi Al Madzahabi al-Arba’ah. Lebanon: Dar al-Kutub.
Al-Namiriy, A. ‘al-B. (1992). al-Kafiy fiy Fiqh Ahl al-Madinah al-Malikiy. Beirut: Dar al-Kutub.
Anwar, S. (2008). Kontroversi Hisab dan Rukyat dalam Hisab Awal Bulan Kamariyah: Tinjauan Syar‘i tentang Penetapan Awal Ramadhân, Syawwâl dan Dzulhijjah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Basha, M. Q. (2006). al-Ahkam ash-Shar‘iyah Fi al-Ahwal ash-Shakhsiyah. Kairo: Darus Salam.
Dahlan, A. A. (1996). Ensiklopedi Hukum Islam (cet. Ke-6). Jakarta: htiar Baru Van Hoeve.
Dirjen BIPH. (2004). Selayang Pandang Hisab Rukyat. Agama, Direktorat Jendral Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pembinaan Peradilan Agama.
Hamid, M. M. A. (2003). Al-Ahwal ash-Shakhsiyah Fi Shari’ati al-Islamiyah. Beirut: al-Maktabah al-Alamiyah.
Hawwas, A. A. M. A. dan A. W. S. (2011). Fikih Munakahat. Jakarta: Amzah.
Idhomy, D. (n.d.). Asas-asas Fikih Munakahat Hukum Keluarga Islam (cet ke-1). Surabaya: al-Ikhlas.
Izzudin, A. (2007). Fiqih Hisab Rukyah: Menyatukan NU & Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Jakarta: Erlangga.
Mukhtar, K. (1993). Asas-asas Hukum Tentang Perkawinan (cet ke-2). Jakarta: Bulan Bintang.
Nasution, H. (1999). Ensiklopedi Islam. Jakarta: letar Van Hoeve.
Nurhayati. (2019). Iddah Dalam Perceraian. Warta Edisi 60, (April), 91–96.
Qudamah, I. (1980). al-Muqni’ fiy Fiqh Imam al-Sunnah Ahamd ibn Hanbal al-Syaibaniy. Riyadl: Maktabah al-Riyadl al-Haditsah.
Sabiq, S. (2011). Fikih as-Sunnah (Jilid II). Beirut: al-Maktabah al-‘Asriyyah.
Syarifuddin, A. (2014). Hukum perkawinan Islam di Indonesia; Antara Fikih Munakahat dan Undangundang Perkawinan. Jakarta: Kencana.
Jurnal-jurnal
Amir, R. R. (2018). Iddah (Tinjauan Fiqih Keluarga Muslim). Jurnal Al-Mau’izhah, 1(1), 13.
Arifin, O. J. (2014). Fiqih Hisab Rukyah Di Indonesia ( Telaah Sistem Penetapan Awal Bulan Qamariyyah ). Yudisia, Vol5,No2(Disember), 402–422.
Jamhuri, & Juliara, I. (2017). Penggabungan iddah wanita hamil dan kematian suami (Analisis terhadap pendapat mazhab syafi’i). Samarah, 1(1), 226–247. https://doi.org/10.22373/sjhk.v1i1.1581
Khitam, H. (2020). Nafkah dan Iddah: Perspektif Hukum Islam. 12(2), 189–205.
Kusmidi, H. (2018). Reaktualisasi Konsep Iddah Dalam Pernikahan. Jurnal Ilmiah Mizani: Wacana Hukum, Ekonomi Dan Keagamaan, 4(1), 33–42. https://doi.org/10.29300/mzn.v4i1.1007
Wahyudi, M. I. (2016). Kajian Kritis Ketentuan Waktu Tunggu (“Iddah) Dalam Ruu Hmpa Bidang Perkawinan (The Critical Study of Waiting Period Regulation on The Bill of The Religious Courts Material Law Marriage Matters). Jurnal Hukum Dan Peradilan, 5(1), 19. https://doi.org/10.25216/jhp.5.1.2016.19-34
DOI: http://dx.doi.org/10.21043/yudisia.v12i2.8487
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2021 YUDISIA : Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
Address: Yudisia Research Center, Department of Islamic Family Law, Sharia Faculty, IAIN Kudus; Jl. Conge Ngembalrejo, Ngembal Rejo, Ngembalrejo, Kec. Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59322