Pendekatan Bayani, Burhani, dan Irfani dalam Menentukan Awal Waktu Subuh di Indonesia

Taufiqurrahman Kurniawan, Fuad Riyadi

Abstract


The problem of Fajr as a sign of the time for the beginning of Shubuh prayer, cannot be separated from the problem between fiqh and astronomical perspectives. Fajr Sadik, which is a marker of the beginning of the Shubuh prayer time, must be confronted with the Fajr Kazib which is a false of Fajr. This concern arises because if the slightest mistake in distinguishing it, then it is not valid to pray the Fajr prayer of a muslim because it has not entered the time. This is based on the difference in the height of the sun. In this implementation, there are those who use the criteria -18 to -13 as a measure of the sun's height, but there are also those who use -19 and, -20. The subject matter is focused on how early dawn can be approached using the Bayani, Burhani and Irfani methods. This is useful to find out how this approach can address the real problem of early dawn. Briefly, the discussion in the Bayani approach to answer problems in a nasal manner both on the basis of the Al-Qur’an and hadith, the Burhani discussion examines the problems of early Shubuh on the side of Islamic astronomy, in the Irfani approach is to discuss how the height criteria are in the realm of wise policy, so that it can cover all three approaches.

Problematika fajar sebagai tanda waktu masuknya awal shalat Shubuh, tidak lepas dari persoalan antara prespektif fiqih dan prespektif astronomi. Fajar sadik yang merupakan patokan sebagai penanda awal waktu shalat subuh, harus dihadapkan dengan adanya fajar kazib yang merupakan fajar palsu. Kehawatiran ini muncul karena jika salah sedikit saja dalam membedakanya, maka tidak sah shalat shubuh seorang muslim karena belum masuk waktunya. Hal ini didasari karena adanya perbedaan terkait ketinggian matahari. Dalam penerapanya, ada yang menggunakan kriteria  -18⁰ sampai  -13⁰ sebagai ukuran ketinggian matahari, namun ada pula yang menggunakan  -19⁰ dan , -20⁰. Pokok permasalahan itu difokuskan pada bagaimana awal waktu subuh didekati dengan menggunakan metode bayani, burhani dan irfani. Hal ini berguna untuk mengetahui bagaimana pendekatan tersebut dapat mengupas permasalahan awal waktu subuh yang sebenarnya. Secara singkat pembahasan dalam pendekatan bayani untuk menjawab permasalahan secara nas baik dasar al-Quran maupun hadis, pembahasan secara burhani mengupas permasalahan awal waktu subuh pada sisi ilmu astronomi Islam, dalam pendekatan irfani adalah membahas mengenai bagaimana kriteria ketinggian itu dalam ranah kebijakan yang arif sehingga dapat mencakup ketiga pendekatan tersebut.


Keywords


Fajr; Shubuh; Bayani; Burhani; Irfani

References


Kitab-Kitab

Al-Hasan bin Ali al-Marrakusyi, Naskah “Jāmi’ al-Mabādy’ wa al-Gāyāt fī ‘Ilm al-Mīqāt”. Sumber Naskah: Perpustakaan Nasional Paris, Prancis, Nomor 2507.

Anis, Ibrahim dkk, (2008). Majma’ al-Lughah al-‘Arabiyyah, al-Mu’jam al-Wasīṭ (Kairo: Maktabah alSyurūq al-Dauliyyah.

Jamaluddin Abdullah bin Khalil bin Yusuf al-Mardiny, “Risālah al-Durr al-Manṡūr fī al-‘Amal bi Rub’ al-Dustūr” karya (w. 806 H/1403 M), Nomor [1495].

Kussyar al-Jily,(2009). Risālah fī al-Usṭurlāb, dalam Kussyār al-Jīly wa Aṡaruhu fī Alah al-Usṭurlāb wa Taṭawwaruhā” (Iskandariah: Dār al-Ma’rifah al-Jāmi’iyyah.

Mu’ayyid al-Din al-‘Urḍy, (2001). Tārīkh ‘Ilm al-Falak al-‘Araby (Kitāb al-Hai’ah), Tahkik: Dr. George Saliba (Beirut: Markaz Dirāsāt al-Wahdah al-‘Arabiyyah.

Muhammad bin ‘Abd al-Wahab bin ‘Abd al-Razaq alAndalusy, Iḍāh al-Qaul al-Ḥaqq fī Miqdār Inḥiṭāṭ al-Syams Waqt Ṭulū’ al-Fajr wa Gurūb al-Syafaq.

Muhammad Syaukat Audah, Isykāliyyāt Falakiyyah wa Fiqhiyyah Ḥaula Taḥdīd Mawāqīt al-Ṣalāh, makalah dalam “Mu’tamar al-Imarāt alFalaky ats-Tsāny”, Abu Dhabi, 30 Mei-1 Juni 2010

.

Mushtafa bin al-‘Adawy, Mawāqīt al-Ṣalāh (Mesir: Maktabah al-Tharfin, t.t.), Naskah Jāmi’ al-Mabādy’ wa al-Gāyāt fī ‘Ilm al-Mīqāt (Naskah Majlis Syawary Mily, Iran, nomor 101, mikrofilm 378. Lembar ke-80.

Utsaimin, Muhammad Shalih, Tafsir Juz Amma, Dar Tsaraya lin Nasr, Muassasah Syaih Muhammad Shalih Utsaimmin lil khair, Saudi, 2002.

Jurnal-Jurnal

Abbas, Afifi Fauzi, Integrasi Pendedkatan Bayani, Burhani, dan Irfani dalam Ijtihad Muhammadiyah, Jurnal Ahkam: Vol. XII No.1 Januari 2012.

Abdul Mughits, Problematika Jadwal Waktu Salat Subuh di Indonesia, Asy-Syir’ah Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum Vol. 48, No. 2, Desember 2014.

Ardi, Unggul Suryo, Problematika Awal Waktu Shubuh antara Fiqih dan Astronomi, Al Afaq, Jurnal Ilmu falaq dan Astronomi, Vol. 02, Desember, 2020, UIN Mataram.

Atmanto, Nugroho Eko, Relevansi Konsep Fajar dan Senja dalam Kitab al-Qanun al-Mas’udi Bagi Penetapan Waktu Salat Isya’ dan Subuh, Jurnal “Analisa” Volume 19 Nomor 01 Januari - Juni 2012

Encep Abdul Rojak dkk, Koreksi Ketinggian Tempat Terhadap Fikih Waktu Salat: Analisis Jadwal Waktu Salat Kota Bandung, Jurnal AL-AHKAM Vol. 27 (2), Oktober 2017.

Mahmud Arif, “Pertautan Epistemologi Bayani dan pendidikan Islam”, Al-Jami‟ah, Vol.40, No.1, (January-June 2002).

Mustamar Iqbal Siregar, Reevaluasi Kriteria Perhitungan dan Awal Waktu Salat, Jurnal At-Tafkir Vol. X No. 1 Juni 2017,

Internet

https://en.wikipedia.org/wiki/Dawn#cite_note-1

https://www.timeanddate.com/astronomy/different-typestwilight.html




DOI: http://dx.doi.org/10.21043/yudisia.v12i1.10472

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 YUDISIA : Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

Hasil gambar untuk morarefImage result for isjdHasil gambar untuk google scholarHasil gambar untuk sinta dikti    

Address: Yudisia Research Center, Department of Islamic Family Law, Sharia Faculty, IAIN Kudus; Jl. Conge Ngembalrejo, Ngembal Rejo, Ngembalrejo, Kec. Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59322


Yudisia : Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam by Program Studi Hukum Keluarga Islam (Ahwal Syakhshiyah) Fakultas Syariah IAIN Kudus is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.