PROBLEMATIKA SUNNAH TASYRIIYAH DAN GAIRU TASYRI IYAH
Abstract
Muncul polemik dan pro kontra apakah semua Sunnah Nabi dikategorikan sebagai Sunnah tasyri> iyah atau ada sebagian yang bisa dikategorikan sebagai Sunnah gairu tasyri> iyah. Kajian ini berusaha mengurai gagasan seorang pakar hadis dari Universitas al-Azhar, Musa Syahin Lasyin, yang gerah dengan munculnya terminologi baru dalam kontruksi Sunnah yang selama berabad-abad tidak pernah disinggung oleh para ulama dan generasi pendahulu terbaik (salaf as}-s}al> ih}). Syahin khawatir dengan munculnya terma ini, yang tentunya akan diamini oleh para kaum modernis dan rasionalis, pada ujungnya akan mengancam eksistensi Sunnah dan bisa meruntuhkan konstruksi bangunan Sunnah sedikit demi sedikit.Wacana distingsi Sunnah antara tasyri>iyah dan gairu tasyri>iyah pada dasarnya berpijak pada prinsip pemisahan antara apa yang bersumber dari wahyu Tuhan (divine/ila>hi>) dan apa yang bersumber dari nalar manusia (human/basyari>). Prinsip ini telah diterapkan dalam dua agama samawi, Yahudi dan Nasrani, dan diusung oleh kaum modernis untuk diterapkan dalam agama Islam. Mereka menyerukan perlunya distingsi antara kapasitas Nabi sebagai manusia dan kapasitasnya sebagai Rasul dan juga distingsi antara syariat Allah dan syariat para ahli fikih (fuqaha). Distingsi ini pada gilirannya akan berdampak negatif dan merusak kontruksi Sunnah yang mencakup ribuan hadis Nabi tentang urusan-urusan duniawi, bahkan akan merusak literatur kitab-kitab fikih yang dikarang para ulama mazhab yang mana mereka beristinbat hukum dari hadis-hadis Nabi. Hal ini juga kontradiktif dengan ajaran Islam yang komprehensif (syamil) mencakup semua aspek kehidupan manusia.
Kata Kunci: Moses Syahin, Sunnah, Tasyriiyah, Gairu Tasyriiyah.
THE ISSUES OF SUNNAH TASYRI<IYYAH AND GAIRU TASYRI<IYAH. Pro and cons polemic arises whether all sunnah are categorized as tasyri>iyah or others that can be categorized as Sunnah gairu tasyri>iyah. This study attempted to break down the idea of a hadith expert from al-Azhar University, Moses Syahin Lasyin, getting anxious of the new terminology in the construction of the Sunnah which for centuries was never mentioned by the scholars and the best generation predecessors (salaf as}-s}a>lih}). Syahin concerned with the appearance of this phenomenon, which surely will be agreed by the modernist and rationalist, at the end of it will threaten the existence of the Sunnah and destroy the Sunnah construction little by little. The distinctive discourse of Sunnah between the tasyri>iyah and gairu tasyri>iyah are essentially based on the principle of separation between what is sourced from the revelation of God (divine/ila>hi>) and what is sourced from human reason (human/ basyari>). This principle has been applied in the two Abrahamic faiths Jews and Nasrani, and carried by the modernists to be applied in the Islamic religion. They called for the necessity of distinction between the capacity of the Prophet as a man and his capacity as messengers and also distinction between the laws of God and the sharia scholars of fiqh (fuqaha). This distinction in turn will negatively affect and damage the construction of the Sunnah which includes thousands of hadith of the Prophet about worldly affairs, would even ruin the books of fiqh literature composed by the scholars which got istinbat of the hadiths of the Prophet. It is also contradictory to the teachings of Islam which is comprehensive (sya>mil) covering all aspects of human life.
Keywords: Moses Syahin, Sunnah, Tasyriiyah, Gairu Tasyriiyah.
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Abdul Ghani Abdul Khaliq, Hujjiyyat as-Sunnah, Washington: al- Mahad al-Alamy li al-Fikr al-Islamy, 1998.
Abdul Maujud Abdul Lathif, as-sunnah baina Duat al-Fitnah wa
adiya al-ilm, Cairo : Maktabah al-Iman, tanpa tahun.
Ahmad Abdul Halilm ibnu Taimiyah, Majmu al-FataWa, Cairo:
Maktabah Ibnu Taimiyah, tanpa tahun.
Ibrahim bin Musa asy-Syathibi, Al-Muwafaqat, Beirut: Dar al-
Marifah, tt.
Mahmud Syaltut, al-Islam aqidah wa Syariah, Cairo :Maktabah
Wahbah, 1985.
Muhammad bin Umar bin Husen ar-Razi, al-Mahsul fi ilm al-
Ushul, Riyadh: Imam bin Saud University, 1400.
Musa Syahin Lasyin, as-Sunnah Kulluha tasyri, Qatar: Qatar
University, tanpa tahun.
---------- as-Sunnah wa at-Tasyri, Cairo: Majma al-Buhuts al- Islamiyyah, 1411.
Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, Cairo: al-Hai`ah al-Misriyyah al-
Ammah li al-Kitab, 1990.
Yusuf al-Qardhawi, As-sunnah masdaran li al-Marifah wa al- Hadharah, Cairo : Dar al-Syuruq, 1998.
DOI: http://dx.doi.org/10.21043/addin.v7i2.584
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2015 ADDIN
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Indexed by: