HADIS DALAM TRADISI NAHDLATUL ULAMA: STUDI ATAS PEMAHAMAN HADIS LAJNAH BAHTSUL MASA'IL
Abstract
Sebagai organisasi kemasyarakatan dan organisasi keagamaan, sama halnya dengan organisasi kemasyarakatan dan organisasi keagamaan lainnya, dalam menjelaskan hukum-hukum keagamaan, Nahdlatul Ulama (NU) tidak lepas dari rujukan yang pasti dalam syariat Islam, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Akan tetapi, konsep pemahaman keagamaan NU memang tampak sedikit berbeda dengan organisasi kemasyarakatan dan organisasi keagamaan lainnya. Melalui artikel ini, penulis mengulas bagaimana NU menjalankan penetapan hukumnya berdasarkan kepada sumber-sumbernya, terutama hadis Nabi. Dari kajian di atas, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan. Pertama, NU mendasarkan paham keagamaannya kepada sumber ajaran Islam, yaitu al-Qur’an, as-Sunnah, ijma’ para ulama, dan qiyas. Dalam pengembangan Islam, NU melandaskan pemikirannya pada paham Ahlussunnah wal Jama’ah yang biasa disingkat dengan Aswaja. Kedua, Dalam mengaplikasikan pendekatan mazhabi tersebut, Lajnah Bahtsul Masa’il menggunakan tiga metode istinbat hukum yang diterapkan secara berjenjang, yaitu qauli, ilhaqi, dan manhaji. Ketiga, kitab yang dijadikan rujukan dalam melakukan istinbat hukum adalah al-kutub al-mazahib al-arba‘ah (kitab-kitab yang merujuk pada mazhab empat). Keempat, dalam hal istinbat hukum dan amaliah keagamaan, NU masih mentoleransi penggunaan hadis da’if sebagai sumber hukum. Walaupun demikian, ada batasan yang dijadikan sebagai persyaratan, yaitu hanya digunakan dalam hal fada’il al-‘amal (amalan-amalan utama).
HADITH IN NAHDLATUL ULAMA TRADITION: STUDY ON UNDERSTANDING LAJNAH BAHTSUL MASA’IL HADITH. Like other community organizations and religious organizations, in explaining the religious laws, Nahdlatul Ulama (NU) cannot be separated from the definitive references in Islamic law, al-Qur’an and Sunnah. However, the religious understanding concept of NU look little different with the other organizations. Through this article, the author reviews how NU run a legal determination based on the resources, especially the hadith of the Prophet. From the study conducted, there are several things that can be inferred. First, NU bases its religious understanding on the sources of Islam, namely al-Qur’an, Sunnah, ijma ulama, and qiyas. In the development of Islam, NU bases his thinking on Ahlussunnah wal Jama’ah which is commonly abbreviated with Aswaja. Secondly, in applying mazhabi approach, Lajnah Bahtsul Masa’il uses three law istinbat methods which is applied in stages: qauli, ilhaqi, dan manhaji. Third, the book was referenced in doing istinbat law is al-kutub al-mazahib al-arba‘ah (scriptures that refer to the school of four). Fourth, in terms of religious law and amaliah istinbat, NU still tolerates the use of da’if hadith as a source of law. However, there are limits that are used as the requirement, which is only used in case of fada’il al-‘amal (main practices).
Keywords
Full Text:
PDF (Bahasa Indonesia)References
Anshor, Ahmad Muhtad. Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama. Yogyakarta: Teras, 2012.
Gunawan, Roland. “Menafsirkan Kembali ‘Ayat’ al-Muhafazhah ‘ala al-Qadim al-Shalih wa al-Akhdzu bi al-Jadid al-Ashlah”, dalam http://pcinu-mesir.tripod.com, diakses pada 12 Juni 2013.
Isma’il, Faisal. Islamic Traditionalism in Indonesia. Jakarta: Departemen Agama, 2003.
Ramli, Idrus. “Posisi Hadis Da’if dalam Pandangan Ulama”, dalam http://idrusramli.com, diakses pada 26 Juni 2013.
Zahro, Ahmad. Tradisi Intelektual NU. Yogyakarta: LKiS, 2004.
DOI: http://dx.doi.org/10.21043/addin.v7i2.1853
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2015 ADDIN
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Indexed by: